AC Milan merupakan club sepakbola yang berasal dari
Negara Italia tepatnya di Kota Milan, Terbentuk pada tanggal 16 Desember 1899.
dengan nama yang pertama nya adalah Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan
Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards dan Herbert Kilpin, seorang
ekspatriat Inggris. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap
menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan
ejaan bahasa Italia Milano. Milan memenangkan kejuaraan Italia pertama
pada 1901 dan dua lagi secara beruntun pada tahun 1906 dan 1907. Pada tahun
1908, Milan mengalami perpecahan yang disebabkan oleh perselisihan internal
atas penandatanganan pemain asing, yang menyebabkan pembentukan tim lain Milan
berbasis, yaitu Terbentuk FC Internazionale Milano, Laga kandang Milan
dimainkan di San Siro, juga dikenal sebagai Stadion Giuseppe Meazza.
Stadion yang bersama dengan Inter, merupakan yang terbesar di sepak bola
Italia, dengan total kapasitas 80.018. Setelah pemisahan, Milan menyentuh
kejuaraan di 1910-11 dan 1911-12 (kedua kejuaraan dimenangkan oleh Pro
Vercelli), sedangkan pada tahun 1916, Rossoneri menempatkan di papan pengumuman
Piala federal. Pada musim berikutnya tim memenangkan kejuaraan daerah dua kali
tetapi gagal untuk mendapatkan kesuksesan dalam tahap nasional. Kapten Pertama
AC Milan yaitu Herbert Kilpin pernah berucap "Kita akan menjadi sebuah
tim iblis. Warna kita adalah merah menandakan api dan warna hitam menandakan
rasa takut yang akan menyerang lawan!"
Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi, yang terdiri atas Gunnar Gren, Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm. Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker). Tim pada masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan atas Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.
Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi, yang terdiri atas Gunnar Gren, Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm. Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker). Tim pada masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan atas Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.
Milan kembali memenangi musim 1961-62. Pelatihnya
saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal
sebagai penemu taktik catenaccio (pertahanan gerendel/berlapis).
Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José Altafini yang keduanya masih muda.
Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama
mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan
Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan
Piala Eropa.
Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala
kemenangan Milan mulai menyusut , terutama karena perlawanan berat dari Inter
yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967-68, berkat
gol Pierino Prati, topskor Serie A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut
ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin.
Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4–1 untuk AFC Ajax),
dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan
Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3–0, 1–2).
Pada tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa
Italia dan gelar Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto
kesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang" untuk tim (di
Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di
bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang
sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972-73 mereka hampir memenangkan scudetto
kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona di
pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim 1978-79 untuk
meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh Gianni Rivera, yang
pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya meraih kemenangan
tersebut.
Namun, hasil terburuk datang kepada "Rossoneri":
setelah memenangkan musim 1879-80, Milan didegradasi ke Serie B oleh F.I.G.C,
bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal perjudian Totonero 1980. Di
1980-81, Milan dengan mudah menjuarai Serie B, dan kembali ke Serie A, di mana
penyakit tersebut terulang di musim 1981-82, Milan terdegradasi kembali.
Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan
membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur
Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia
datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi,
serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud
Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya,
seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli.
Sacchi memenangkan Serie A musim 1987-88. di
1988-89, Milan memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua
Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua mengalahkan
National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim mulai
mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica,
dan Olimpia Asunción di 1990. Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih
Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih
masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream
Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli
membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini
memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di
gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di
sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia
dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung. Pertandingan
yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu
dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh
Dejan Savićević ('17)('18), Gianluigi Lentini ('26), Paolo Baldieri ('27)('48)('58),
Christian Antigori ('68), dan Stefano Desideri ('78).
Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996,
Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah
kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan
awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka
memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan
tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Serie A, dipermalukan oleh Juventus
di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain
baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang
keras dan mengakhiri musim 1996-97 di peringkat kesebelas di Serie A.
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya.
Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain
potensial seperti Christian Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan
Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-98
mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima
para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.
Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru,
Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese
yang telah mengakhiri musim 1997-98 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3.
Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese,
Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala,
Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni
3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke
Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro
Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini,
Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni
gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada
musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan
mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Serie
A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu dari
enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di
tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing Scudetto
kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk
Liga Champions UEFA 2000-01 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1.
Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş dari
Turki dan raksasa Spanyol Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar
internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan
mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai
kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di
Serie A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan
hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan
Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni
dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera
menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan
menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano.
Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat
sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah
diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk
puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang
mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan
dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh
bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal
dan tim berakhir di tempat keenam.
Milan memulai musim 2000-01 dengan lebih banyak
penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra
yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga
menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC
Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas
Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan
Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer,
menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di
klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi
harapan direksi. Terim digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor
bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera
pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02
dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI
pada saat itu adalah Cristian Abiatti; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta,
Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho;
Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan
meraih gelar juara Liga C
hampions pada musim 2002-03 ketika mengalahkan
Juventus lewat drama adu penalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali
meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi
2003-04 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol
terbanyak di Liga Italia, maka Rossoneri-pun semakin ditakuti. Pada
musim 2004-05 Milan mengakhirinya tanpa gelar sama sekali. Setelah kandas di
babak perempat final Coppa Italia oleh Udinese Calcio dan kalah bersaing dengan
Juventus di pentas Serie A, Milan harus pulang dari Istanbul dengan tangan
hampa setelah takluk dari Liverpool secara dramatis di laga Final Liga
Champions UEFA 2005. Pada laga tersebut Milan berhasil unggul 3-0 di babak
pertama lewat gol cepat Paolo Maldini pada detik ke-52 dan sepasang gol Hernan
Crespo pada menit ke-38 dan 42. Namun kelengahan, kecerobohan dan seolah tak
belajar dari pengalaman mereka kala dikalahkan oleh Deportivo La Coruna pada babak
perempat final Liga Champions edisi sebelumnya (kala itu Milan berhasil menang
4-1 di leg 1 namun kalah 0-4 di leg kedua) membuyarkan harapan mereka untuk
merengkuh gelar ke-7 mereka di pentas tertinggi ranah Eropa tersebut. Liverpool
berhasil menyamakan kedudukan pada babak kedua yang masing-masing dicetak oleh
sang kapten Steven Gerrard, Vladimír Šmicer, dan Xabi Alonso dalam kurun waktu
hanya 6 menit (52', 54', dan 60') memaksa laga harus diselesaikan hingga adu
penalti. Andriy Shevchenko yang menjadi pahlawan Milan memenangi gelar ke-6 di
Old Trafford dua musim sebelumnya kini menjadi pecundang, setelah sebelumnya
gagal mengonversi peluang emas menjadi gol pada babak tambahan ia pun gagal
mengeksekusi penalti kala tendangannya berhasil diblok oleh Jerzy Dudek dan
memastikan trofi jatuh ke tangan klub asal Inggris tersebut.
Pada musim kompetisi Liga Italia Serie A 2006-07,
Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut
harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik
Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat
calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi
di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool
2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang
kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol
terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada
pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari
Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda
Marco Borriello dihukum karena terbukti doping.
Musim 2007-08, Milan terpaksa bermain di kompetisi
Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina
dengan selisih 2 poin. Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang
4-1 atas Udinese, tapi pada saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino
dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk
memperbaiki performa di musim berikut (2008-09), Milan membeli sejumlah pemain
baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta dan
Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona.
Pada transfer paruh musim 2008-09, Milan
mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepak bola Amerika
Serikat LA Galaxy.
Pada akhir musim 2008-09, Milan menempati peringkat
ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota, Internazionale
yang meraih scudetto dan di bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang
memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain
Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya,
Ancelotti yang "hijrah ke London", tepatnya klub Chelsea.
Masalah terbesar yang mengganjal transfer para
pemain tersebut adalah pihak Milan yang selalu berpikir dua kali untuk
mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain. Pada bulan Juli dan Agustus
2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang merupakan
seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas transfer dan Klaas-Jan
Huntelaar bekas penyerang Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta Euro.
Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen
pra-musim banyak menuai kekecewaan, pemain anyar yang diturunkan oleh Milan
pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung
bulan Agustus.
Musim 2009-10 diawali Milan dengan hasil yang tidak
memuaskan. Bermula ketika Milan meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles
Galaxy, seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang
World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh Bayern
München dengan skor 1–4. Bahkan, ketika menghadapi derby 30 Agustus 2009
melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan dengan skor 0-4,
sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San Siro.
Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak
tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah
akibat serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo
memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro. Setelah kemenangan itu,
Milan juga menuai hasil positif di Stadion Santiago Bernabéu dengan kemenangan
dramatis atas Real Madrid 3-2. Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan
atas Chievo Verona di Stadio Marc'Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1
untuk kemenangan AC Milan. Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma di San
Siro 2-0 sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona
masuk Liga Champions terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus
dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah
Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan
pertandingannya dengan Catania, 2-0
Memasuki bagian akhir musim Serie A April 2010,
Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari
peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat
kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali
berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1. Dengan
kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada
pertandingan di giornata terakhir Serie A 2009-10 antara Milan melawan
Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro,
sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan
bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan. Sejak
mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru
Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan
untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan. Musim 2010-11,
Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari
sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa
transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C.
Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan
Robinho dari Manchester City. Awal musim, Milan dikejutkan dengan kekalahan 0-2
dari tim promosi A.C. Cesena, meski dalam pertandingan tersebut baik
Ibrahimovic maupun Robinho memulai debutnya. Pada pertandingan derby
tanggal 14 November 2010, Milan mengalahkan Internazionale di Giuseppe Meazza
dengan gol tunggal penalti Ibrahimovic. Pada transfer paruh musim, Milan
memboyong sejumlah pemain anyar seperti Antonio Cassano dari U.C. Sampdoria,
Mark van Bommel dari Bayern München, dan Nicola Legrottaglie dari Juventus. Di
ajang Liga Champions, Milan yang berhasil menembus babak penyisihan grup
dipermalukan Tottenham Hotspur dengan skor 0-1 di San Siro. 13 Maret 2011,
Milan mengalami hasil seri 1-1 dengan penghuni dasar klasemen A.S. Bari, minggu
berikutnya 19 Maret, Milan dipermalukan U.S. Città di Palermo 0-1 di Stadion
Renzo Barbera. Kekalahan tersebut membuat jarak poin dengan posisi 2
Internazionale berkurang menjadi 2 poin, dan itu terjadi tepat sebelum derby
Milan putaran kedua. 2 April, derby antara Milan dan Inter berlangsung
di San Siro, berakhir dengan kemenangan Milan 3-0, berkat 2 gol Pato dan 1 gol
Cassano. Pada 7 Mei 2011, Milan meraih hasil imbang 0-0 dengan A.S. Roma, 1
poin tambahan hasil seri membuat poin Milan menjadi 78 poin, tak terkejar peringkat
2 Inter karena kalah head-to-head, dan membuat Milan meraih gelar juara
Serie A atau scudetto yang ke-18. Pada 6 Agustus 2011, Milan bertemu
kembali dengan Inter dalam rangka pertandingan Piala Super Italia, Milan
sebagai juara Serie A bertemu Inter sebagai juara Piala Italia. Milan memenangi
pertandingan tersebut 2-1 melalui gol Ibrahimovic dan Boateng, sementara gol
Inter dicetak oleh Wesley Sneijder, membuat Milan unggul 1 Piala Super (6) dari
Inter (5),Namun gagal untuk mengulang di liga, finishing kedua di belakang
Juventus. Setelah tempat ketiga di liga musim berikutnya, di akhir putaran
pertama Serie A 2013–14, finis di posisi kedelapan, klub berbasis di Milan
telah memecat pelatih Massimiliano Allegri, sementara mempercayakan tugas
kepada asisten pelatih Mauro Tassotti.
Pada era kepelatihan Mauro Tassotti Milan masih
jauh dari harapan,,dan mengangkat Pelatih Utama yaitu Clarence Seedorf dan
Hasilnya lumayan baik walau pada akhir Musim Milan harus duduk di peringkat ke
7..dan kemudian Clarence Seedorf digantikan oleh Filippo Inzaghi sampai saat
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar